Friday, October 20, 2017

MAKALAH TINGKAH LAKU SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Psikologi sosial merupakan suatu studi yang mempelajari tingkah laku manusia di dalam hubungannya dengan konteks sosial.  Psikologi sosial berkembang dari pertanyaan yang timbul mengenai bagaimana manusia beraksi dan apa yang dialaminya di dalam lingkungan sosial pada saat dia beraksi. Maka dari itu pada makalah ini kami akan memberikan penjelasan tentang tingkah laku dan interaksi sosial.
2.      Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari tingkah laku sosial.
2.      Mengetahui teori-teori pada tingkah laku sosial.
3.      Mengetahui pengertian dari interaksi sosial.
4.      Mengetahui faktor-faktor penunjang interaksi sosial.
3.      Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tingkah laku sosial?
2.      Apa saja teori pada tingkah laku sosial?
3.      Apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial?
4.      Apa saja faktor-faktor penunjang interaksi sosial?


BAB II
ISI
1.        Tingkah Laku Sosial
1.1  Pengertian
Tingkah laku sosial merupakan gerakan-gerakan yang diperlihatkan seseorang dan dapat dilihat oleh orang lain pada saat berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan sosial. Menurut August Comte (1798-1857), seorang ahli yang menemukan nama Sosiologi, mengemukakan bahwa di dalam mempelajari tingkah laku sosial tidak cukup melalui biologi dan sosiologi saja. Oleh karena itu, muncullah La Morale, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia. La Morale ini identik dengan ilmu pengetahuan tingkah laku yang sekarang lebih dikenal dengan nama Psikologi.
1.2       Tingkah Laku Sosial Berdasarkan Teori-Teori Sederhana dan Cukup Berpengaruh
Istilah teori atau rumusan sederhana dan cukup berpengaruh ini meminjam istilah yang dipakai oleh Henry George (1879). Pada saat itu di dunia psikologi sedang disenangi prinsip tunggal didalam menjelaskan tingkah laku manusia. Prinsip-prinsip tunggal yang terkenal pada saat itu adalah : rasa sakit dan senang, egoisme, simpathi, gregarious, imitasi, dan sugesti. Namun, prinsip tunggal ini tidak berlangsung lama karena para ahli lebih menyukai prinsip majemuk didalam menjelaskan tingkah laku sosial.
Menurut McDougall, ada sejumlah insting (majemuk) yang menjadi penggerak kehidupan manusia. Berikut ini akan diuraikan teori-teori tersebut berdasarkan urutan munculnya teori tersebut dimulai sejak jaman Philosophi Yunani sampai sekarang.
a.       Hedonisme
Psikologi Hedonisme yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832) disebut juga dengan Prinsip Kegunaan. Prinsip ini menjelaskan bahwa rasa sakit dan rasa senang merupakan hal yang cukup berpengaruh terhadap diri manusia terutama terhadap tingkah laku sosialnya. Rasa senang ini kadang kala disebut juga rasa bahagia.
Betham mengungkapkan juga pendapatnya tentang “hedonistic calculus”. Menurut Bentham, tingkatan rasa sakit dan rasa senang dapat diukur jika kedua faktor itu dianalisis dengan melihat dimensi-dimensi tertentu. Rasa sakit atau rasa senang mempunyai tingkatan berbeda dalam hal lamanya, intensitasnya, ketentuannya, keasliannya, dan keluasannya.
Psikologi hedonisme berkembang ke dalam etik hedonisme. Dalam dimensi keluasan rasa senang, seseorang akan memasukkan rasa senang orang lain kepada perhitungan rasa senang dirinya sendiri.
Doktrin “manusia ekonomi” juga berkembang dari dugaan yang sama dengan hedonisme. Manusia akan berusaha untuk membeli sesuatu semurah mungkin dan menjualnya semahal mungkin. Hal ini dilakukan manusia karena mereka menghendaki keuntungan bagi dirinya. Biasanya keuntungan diasosiasikan dengan uang.
b.      Egoisme (Power)
Menurut Thomas Hobbes, untuk mendapatkan rasa senang sebenarnya adalah untuk mendapatkan kekuatan (power). Seseorang yang mendapatkan kekuatan berarti dia mencapai kemudahan dan rasa senang. Kekuatan dapat menumbuhkan kekaguman dan sanjungan dari orang lain, dimana hal ini membantu sesorang untuk mendapatkan lebih banyak lagi rasa senang pada dirinya.
Plato, seperti halnya Freud, membagi jiwa manusia kedalam tiga bagian atau “lembaga”. Menurut Plato, dibagian perut terletak emosi atau perasaan; dibagian dada terletak perjuangan (striving) dan action; dibagian kepala terletak akal budi dan pikiran. Berdasarkan pembagian ini dapat dikatakan bahwa jiwa seseorang terbentuk oleh:
1)      Afeksi yang terjadi karena adanya perasaan.
2)      Konasi yang terjadi karena adanya perjuangan (striving).
3)      Kognisi yang terjadi karena adanya pikiran.
Di dalam menjelaskan tingkah laku sosial, psikologi sosial mempergunakan satu sistem sederhana dan berpengaruh dari ke-tiga prinsip di bawah ini:
1)      Simpathi yang terjadi karena adanya afeksi
2)      Imitasi yang terjadi karena adanya konasi
3)      Segesti yang terjadi karena adanya kognisi
c.       Simpathi
Adam Smith membedakan dua bentuk dasar simpathi, yaitu:
1)      Tipe respons, yaitu bentuk simpathi yang berproses dengan cepat, mendekati bentuk refleks. Tipe respons ini menunjukkan bentuk simpathi dimana seseorang merasakan apa yang orang lain rasakan dan melakukan apa yang orang lain lakukan.
2)      Tipe simpathi yang lebih intelektual. Seseorang mampu bersimpathi terhadap orang lain walaupun dia tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain tersebut dengan tepat.
Selain Adam Smith, Herbert Spencer pada tahun 1870 mengemukakan pendapatnya mengenai simpathi. Herbert Spencer membagi simpathi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu:
1)      Presentative simpathy, bentuk dasar simpathi yang langsung dan bersifat refleksif.
2)      Representative simpathy, bentuk simpathi yang disadari dari berdasarkan hasil pertimbangan.
3)      Re-representative simpathy, bentuk ini merupakan bentuk simpathi yang lebih intelektual dibandingkan dengan kedua bentuk lainnya
d.      Imitasi
Gabriel Tarde (1843-1904) mengemukakan ada tiga hukum imitasi, yaitu:
1)      Hukum warisan (law of descent), hukum ini menjelaskan bahwa hal-hal yang berada pada kelas sosial yang lebih tinggi akan ditiru oleh orang-orang yang berada pada kelas sosial di bawahnya.
2)      Hukum tentang kemajuan-kemajuan yang sedang berlaku (law of geometrical progression), hukum ini menjelaskan bahwa orang-orang akan memperhatikan dan meniru kemajuan-kemajuan orang lain.
3)      Hukum tentang peniruan di dalam suatu kultur terhadap kultur lain (law of the internal before the exotic), hukum ini menjelaskan bahwa orang-orang pada kultur tertentu cenderung untuk meniru kultur asing.
Menurut Baldwin ada dua bentuk imitasi, yaitu:
1)      Imitasi yang timbul tanpa adanya pertimbangan. Bentuk ini sekarang dikenal dengan istilah bentuk refleks yang terkondisikan.
2)      Imitasi yang timbul berdasarkan pertimbangan. Bentuk imitasi ini timbul karena adanya insight.
e.       Sugesti
McDougall menyatakan bahwa sugesti adalah suatu proses komunikasi yang menghasilkan penerimaan keyakinan tanpa adanya suatu logika yang memadai. Dinamika proses sugesti terletak pada insting submisif (kepatuhan) manusia. Insting ini akan muncul pada diri seseorang karena adanya pengaruh dari orang lain atau simbol yang mempunyai prestasi tertentu.
Di dalam menjalankan sugesti, beberapa ahli mengkaitkannya dengan hipnotis yang merupakan contoh ekstrim dari proses sugesti.
1.3    Tingkah Laku Sosial Menurut Theodore M. Newcomb.
Newcomb di dalam konsepnya mengenai tingkah laku sosial mengelompokkan tingkah laku sosial ke dalam kelompok dependen variabel. Artinya tingkah laku sosial yang dapat diamati ini merupakan variabel yang tergantung pada variabel lain. Adapun variabel lain yang mempengaruhi dependen variabel ini adalah intervening variabel dan independen variabel. Faktor-faktor yang termasuk dalam intervening variabel adalah faktor-faktor yang terjadi pada diri seseorang yang sifatnya psikologis. Misalnya motif, sikap, cara melihat dan merasakan sesuatu, dsb.
Intervening variabel adalah perantara yang menghubungkan independen variabel dan dependen variabel. Tingkah laku sosial yang merupakan dependen variabel dapat dimengerti apabila diketahui faktor penyebabnya, dalam hal ini intervening variabel.
2.      Interaksi Sosial
2.1  Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses dimana masing-masing individu yang terlibat di dalam proses interaksi sosial saling memperhatikan dan saling menerima serta memberikan respon.
2.2  Faktor-Faktor Penunjang Terjadinya Interaksi Sosial
Agar tercipta situasi interaksi sosial, maka setiap individu harus mempunyai kemampuan:
a.       Menerima rangsang. Individu dituntut untuk mempergunakan alat inderanya di dalam menerima rangsang yang datang pada dirinya. Baik rangsang berupa suara, cahaya, getaran, temperatur maupun bau-bauan. Individu harus mampu menyadari adanya perubahan yang terjadi pada dirinya karena adanya rangsang.
b.      Memberikan respon. Individu di dalam interaksi sosial selain dituntut mampu menerima rangsang juga dituntut mampu memberikan respon. Setelah proses penerimaan rangsang, individu harus mampu mengolahnya sehingga timbul reaksi atau respon terhadap hasil pengolahan tersebut.
c.       Terlibat dalam proses belajar. Penerimaan rangsang dan munculnya respon pada diri seseorang di dalam interaksi sosial berdasarkan proses belajar. Sejak dilahirkan, manusia tidak terlepas dari proses belajar.
Ketiga kemampuan individu agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya merupakan faktor yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. Apabila salah satu faktor mengalami hambatan, maka individu tersebut akan mengalami hambatan pula di dalam interaksinya.
2.3  Sifat-Sifat Respon Antar Person
Pola respon setiap orang terbentuk sebagai hasil pembauran dari tiga faktor, yaitu:
a.       Faktor pembawaan
b.      Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhinya
c.       Faktor masa lalu, baik dalam bentuk pengalaman keberhasilan atau kegagalan
Ketiga faktor di atas mewarnai pola respon seseorang di dalam menanggapi rangsang yang datang pada dirinya. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri di dalam membawakan pola responnya yang sifatnya relatif stabil.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey di dalam bukunya “Individual in Society” (1962) menyatakan bahwa ada 12 sifat respon antar person yang dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu:
a.       Role dispositions, terdiri dari:
1)      Sifat berpengaruh (ascendance)
Sifat berpengaruh disini dapat diartikan sebagai “keberanian sosial”, dan mempunyai arti berbeda dengan sifat menguasai, walaupun kedua sifat itu mempunyai korelasi yang cukup tinggi.
2)      Sifat menguasai (dominance)
Sifat ini berorientasi pada kekuatan, dapat memberikan perintah atau dapat mengarahkan.
3)      Sifat yang memperlihatkan inisiatif sosial (social initiative)
Sifat ini dapat digambarkan sebagai orang yang dapat mengorganisir kelompok atau masyarakat. Dapat memberi saran di dalam pertemuan-pertemuan.
4)      Sifat tidak tergantung pada orang lain (independence)
Sifat ini digambarkan sebagai orang yang sangat kuat menjalani hidup.
b.      Sociometric dispositions, terdiri dari:
1)      Sifat menerima orang lain (accepting of others)
Digambarkan sebagai sifat seseorang yang tidak pernah memberikan cap tertentu di dalam sikapnya terhadap orang lain.
2)      Sifat bermasyarakat (sociability)
Digambarkan sebagai sifat seseorang yang senang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, senang mengobrol dengan banyak orang
3)      Sifat berteman (friendliness)
Digambarkan sebagai sifat ramah tamah, hangat, terbuka dan mampu melakukan pendekatan dengan orang lain
4)      Sifat bersimpathi (sympathetic)
Digambarkan sebagai sifat orang yang mampu menghayati dan terlibat dalam perasaan dan kehendak orang lain, memperlihatkan kebaikan, murah hati dan tidak pernah menghina orang lain.
c.       Expressive dispositions, terdiri dari:
1)      Sifat berkompetisi (competitiveness)
2)      Sifat agresif (aggresiveness)
3)      Sifat sadar akan dirinya (self-consciousness)
4)      Sifat pamer diri (exhibitionistic)
2.4  Macam-Macam Bentuk Interaksi Sosial
Karen Horney menemukan tiga tipe sifat respon antar person yang diperlihatkan oleh pasien-pasiennya saat berinteraksi. Adapun ketiga tipe itu adalah:
a.       Bergerak mendekati orang lain
Bentuk interaksi ini menunjukkan adanya kebutuhan afeksi, kesepakatan, dan terutama kebutuhan mendapatkan partner.
b.      Bergerak melawan orang lain
Bentuk interaksi ini menunjukkan adanya kebutuhan menjadi unggul, mencapai keberhasilan dan mendapat penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut disertai dengan adanya usaha untuk menguasai orang lain.
c.       Bergerak menjauhi orang lain
Bentuk interaksi ini menunjukkan adanya kebutuhan menyendiri, tidak mau diganggu orang lain. Selain itu terlihat pula adanya ketidak tergantungan pada orang lain, dimana ada kecenderungan untuk tidak senang dipengaruhi, dipaksa, diikat, dan tidak senang diwajibkan oleh orang lain.


BAB III
KESIMPULAN
1.      Kesimpulan
Tingkah laku sosial merupakan gerakan-gerakan yang diperlihatkan seseorang dan dapat dilihat oleh orang lain pada saat berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan sosial. Pada tingkah laku sosial, terdapat dua teori yaitu teori sederhana dan teori menurut Theodore M Newcomb. Interaksi sosial adalah proses dimana masing-masing individu yang terlibat di dalam proses interaksi sosial saling memperhatikan dan saling menerima serta memberikan respon. Faktor-faktor penunjang interaksi sosial adalah menerima rangsang, memberikan respon dan terlibat dalam proses belajar.
2.      Saran
1.       


DAFTAR PUSTAKA
Carolina Nitimihardjo. 1983. Psikologi Sosial. Bandung: Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

No comments:

Post a Comment