BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Psikologi
sosial merupakan suatu studi yang mempelajari tingkah laku manusia di dalam
hubungannya dengan konteks sosial. Psikologi sosial berkembang dari pertanyaan
yang timbul mengenai bagaimana manusia beraksi dan apa yang dialaminya di dalam
lingkungan sosial pada saat dia beraksi. Maka dari itu pada makalah ini kami
akan memberikan penjelasan tentang tingkah laku dan interaksi sosial.
2.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dari tingkah laku sosial.
2. Mengetahui
teori-teori pada tingkah laku sosial.
3. Mengetahui
pengertian dari interaksi sosial.
4. Mengetahui
faktor-faktor penunjang interaksi sosial.
3.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan tingkah laku sosial?
2. Apa
saja teori pada tingkah laku sosial?
3. Apakah
yang dimaksud dengan interaksi sosial?
4. Apa
saja faktor-faktor penunjang interaksi sosial?
BAB
II
ISI
1.
Tingkah
Laku Sosial
1.1 Pengertian
Tingkah
laku sosial merupakan gerakan-gerakan yang diperlihatkan seseorang dan dapat
dilihat oleh orang lain pada saat berinteraksi dengan lingkungan terutama
lingkungan sosial. Menurut August Comte (1798-1857), seorang ahli yang
menemukan nama Sosiologi, mengemukakan bahwa di dalam mempelajari tingkah laku
sosial tidak cukup melalui biologi dan sosiologi saja. Oleh karena itu,
muncullah La Morale, yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia. La Morale ini identik dengan ilmu pengetahuan tingkah laku yang
sekarang lebih dikenal dengan nama Psikologi.
1.2
Tingkah
Laku Sosial Berdasarkan Teori-Teori Sederhana dan Cukup Berpengaruh
Istilah
teori atau rumusan sederhana dan cukup berpengaruh ini meminjam istilah yang
dipakai oleh Henry George (1879). Pada saat itu di dunia psikologi sedang
disenangi prinsip tunggal didalam menjelaskan tingkah laku manusia.
Prinsip-prinsip tunggal yang terkenal pada saat itu adalah : rasa sakit dan
senang, egoisme, simpathi, gregarious, imitasi, dan sugesti. Namun, prinsip
tunggal ini tidak berlangsung lama karena para ahli lebih menyukai prinsip
majemuk didalam menjelaskan tingkah laku sosial.
Menurut
McDougall, ada sejumlah insting (majemuk) yang menjadi penggerak kehidupan
manusia. Berikut ini akan diuraikan teori-teori tersebut berdasarkan urutan
munculnya teori tersebut dimulai sejak jaman Philosophi Yunani sampai sekarang.
a. Hedonisme
Psikologi
Hedonisme yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832) disebut juga dengan
Prinsip Kegunaan. Prinsip ini menjelaskan bahwa rasa sakit dan rasa senang
merupakan hal yang cukup berpengaruh terhadap diri manusia terutama terhadap
tingkah laku sosialnya. Rasa senang ini kadang kala disebut juga rasa bahagia.
Betham
mengungkapkan juga pendapatnya tentang “hedonistic
calculus”. Menurut Bentham, tingkatan rasa sakit dan rasa senang dapat
diukur jika kedua faktor itu dianalisis dengan melihat dimensi-dimensi
tertentu. Rasa sakit atau rasa senang mempunyai tingkatan berbeda dalam hal
lamanya, intensitasnya, ketentuannya, keasliannya, dan keluasannya.
Psikologi
hedonisme berkembang ke dalam etik hedonisme. Dalam dimensi keluasan rasa
senang, seseorang akan memasukkan rasa senang orang lain kepada perhitungan
rasa senang dirinya sendiri.
Doktrin
“manusia ekonomi” juga berkembang dari dugaan yang sama dengan hedonisme.
Manusia akan berusaha untuk membeli sesuatu semurah mungkin dan menjualnya
semahal mungkin. Hal ini dilakukan manusia karena mereka menghendaki keuntungan
bagi dirinya. Biasanya keuntungan diasosiasikan dengan uang.
b. Egoisme
(Power)
Menurut
Thomas Hobbes, untuk mendapatkan rasa senang sebenarnya adalah untuk
mendapatkan kekuatan (power). Seseorang yang mendapatkan kekuatan berarti dia
mencapai kemudahan dan rasa senang. Kekuatan dapat menumbuhkan kekaguman dan
sanjungan dari orang lain, dimana hal ini membantu sesorang untuk mendapatkan
lebih banyak lagi rasa senang pada dirinya.
Plato,
seperti halnya Freud, membagi jiwa manusia kedalam tiga bagian atau “lembaga”.
Menurut Plato, dibagian perut terletak emosi atau perasaan; dibagian dada
terletak perjuangan (striving) dan action; dibagian kepala terletak akal budi
dan pikiran. Berdasarkan pembagian ini dapat dikatakan bahwa jiwa seseorang
terbentuk oleh:
1) Afeksi
yang terjadi karena adanya perasaan.
2) Konasi
yang terjadi karena adanya perjuangan (striving).
3) Kognisi
yang terjadi karena adanya pikiran.
Di
dalam menjelaskan tingkah laku sosial, psikologi sosial mempergunakan satu
sistem sederhana dan berpengaruh dari ke-tiga prinsip di bawah ini:
1) Simpathi
yang terjadi karena adanya afeksi
2) Imitasi
yang terjadi karena adanya konasi
3) Segesti
yang terjadi karena adanya kognisi
c. Simpathi
Adam
Smith membedakan dua bentuk dasar simpathi, yaitu:
1) Tipe
respons, yaitu bentuk simpathi yang berproses dengan cepat, mendekati bentuk
refleks. Tipe respons ini menunjukkan bentuk simpathi dimana seseorang
merasakan apa yang orang lain rasakan dan melakukan apa yang orang lain
lakukan.
2) Tipe
simpathi yang lebih intelektual. Seseorang mampu bersimpathi terhadap orang
lain walaupun dia tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain tersebut dengan
tepat.
Selain
Adam Smith, Herbert Spencer pada tahun 1870 mengemukakan pendapatnya mengenai
simpathi. Herbert Spencer membagi simpathi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu:
1) Presentative simpathy,
bentuk dasar simpathi yang langsung dan bersifat refleksif.
2) Representative simpathy,
bentuk simpathi yang disadari dari berdasarkan hasil pertimbangan.
3) Re-representative simpathy,
bentuk ini merupakan bentuk simpathi yang lebih intelektual dibandingkan dengan
kedua bentuk lainnya
d. Imitasi
Gabriel
Tarde (1843-1904) mengemukakan ada tiga hukum imitasi, yaitu:
1) Hukum
warisan (law of descent), hukum ini
menjelaskan bahwa hal-hal yang berada pada kelas sosial yang lebih tinggi akan
ditiru oleh orang-orang yang berada pada kelas sosial di bawahnya.
2) Hukum
tentang kemajuan-kemajuan yang sedang berlaku (law of geometrical progression), hukum ini menjelaskan bahwa
orang-orang akan memperhatikan dan meniru kemajuan-kemajuan orang lain.
3) Hukum
tentang peniruan di dalam suatu kultur terhadap kultur lain (law of the internal before the exotic),
hukum ini menjelaskan bahwa orang-orang pada kultur tertentu cenderung untuk
meniru kultur asing.
Menurut
Baldwin ada dua bentuk imitasi, yaitu:
1) Imitasi
yang timbul tanpa adanya pertimbangan. Bentuk ini sekarang dikenal dengan
istilah bentuk refleks yang terkondisikan.
2) Imitasi
yang timbul berdasarkan pertimbangan. Bentuk imitasi ini timbul karena adanya
insight.
e. Sugesti
McDougall
menyatakan bahwa sugesti adalah suatu proses komunikasi yang menghasilkan
penerimaan keyakinan tanpa adanya suatu logika yang memadai. Dinamika proses
sugesti terletak pada insting submisif (kepatuhan) manusia. Insting ini akan
muncul pada diri seseorang karena adanya pengaruh dari orang lain atau simbol
yang mempunyai prestasi tertentu.
Di
dalam menjalankan sugesti, beberapa ahli mengkaitkannya dengan hipnotis yang
merupakan contoh ekstrim dari proses sugesti.
1.3 Tingkah
Laku Sosial Menurut Theodore M. Newcomb.
Newcomb
di dalam konsepnya mengenai tingkah laku sosial mengelompokkan tingkah laku
sosial ke dalam kelompok dependen variabel. Artinya tingkah laku sosial yang
dapat diamati ini merupakan variabel yang tergantung pada variabel lain. Adapun
variabel lain yang mempengaruhi dependen variabel ini adalah intervening
variabel dan independen variabel. Faktor-faktor yang termasuk dalam intervening
variabel adalah faktor-faktor yang terjadi pada diri seseorang yang sifatnya
psikologis. Misalnya motif, sikap, cara melihat dan merasakan sesuatu, dsb.
Intervening
variabel adalah perantara yang menghubungkan independen variabel dan dependen
variabel. Tingkah laku sosial yang merupakan dependen variabel dapat dimengerti
apabila diketahui faktor penyebabnya, dalam hal ini intervening variabel.
2.
Interaksi
Sosial
2.1 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi
sosial adalah proses dimana masing-masing individu yang terlibat di dalam
proses interaksi sosial saling memperhatikan dan saling menerima serta
memberikan respon.
2.2 Faktor-Faktor Penunjang Terjadinya
Interaksi Sosial
Agar
tercipta situasi interaksi sosial, maka setiap individu harus mempunyai
kemampuan:
a. Menerima
rangsang. Individu dituntut untuk mempergunakan alat inderanya di dalam
menerima rangsang yang datang pada dirinya. Baik rangsang berupa suara, cahaya,
getaran, temperatur maupun bau-bauan. Individu harus mampu menyadari adanya
perubahan yang terjadi pada dirinya karena adanya rangsang.
b. Memberikan
respon. Individu di dalam interaksi sosial selain dituntut mampu menerima
rangsang juga dituntut mampu memberikan respon. Setelah proses penerimaan
rangsang, individu harus mampu mengolahnya sehingga timbul reaksi atau respon
terhadap hasil pengolahan tersebut.
c. Terlibat
dalam proses belajar. Penerimaan rangsang dan munculnya respon pada diri
seseorang di dalam interaksi sosial berdasarkan proses belajar. Sejak
dilahirkan, manusia tidak terlepas dari proses belajar.
Ketiga kemampuan
individu agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya merupakan faktor
yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. Apabila salah satu faktor
mengalami hambatan, maka individu tersebut akan mengalami hambatan pula di
dalam interaksinya.
2.3 Sifat-Sifat Respon Antar Person
Pola respon setiap
orang terbentuk sebagai hasil pembauran dari tiga faktor, yaitu:
a. Faktor
pembawaan
b. Faktor
lingkungan sosial yang mempengaruhinya
c. Faktor
masa lalu, baik dalam bentuk pengalaman keberhasilan atau kegagalan
Ketiga
faktor di atas mewarnai pola respon seseorang di dalam menanggapi rangsang yang
datang pada dirinya. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri di dalam membawakan
pola responnya yang sifatnya relatif stabil.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey
di dalam bukunya “Individual in Society”
(1962) menyatakan bahwa ada 12 sifat respon antar person yang dapat digolongkan
ke dalam tiga golongan besar, yaitu:
a. Role
dispositions, terdiri dari:
1) Sifat
berpengaruh (ascendance)
Sifat berpengaruh
disini dapat diartikan sebagai “keberanian sosial”, dan mempunyai arti berbeda
dengan sifat menguasai, walaupun kedua sifat itu mempunyai korelasi yang cukup
tinggi.
2) Sifat
menguasai (dominance)
Sifat ini berorientasi
pada kekuatan, dapat memberikan perintah atau dapat mengarahkan.
3) Sifat
yang memperlihatkan inisiatif sosial (social initiative)
Sifat ini dapat
digambarkan sebagai orang yang dapat mengorganisir kelompok atau masyarakat.
Dapat memberi saran di dalam pertemuan-pertemuan.
4) Sifat
tidak tergantung pada orang lain (independence)
Sifat ini digambarkan
sebagai orang yang sangat kuat menjalani hidup.
b. Sociometric
dispositions, terdiri dari:
1) Sifat
menerima orang lain (accepting of others)
Digambarkan sebagai
sifat seseorang yang tidak pernah memberikan cap tertentu di dalam sikapnya
terhadap orang lain.
2) Sifat
bermasyarakat (sociability)
Digambarkan sebagai
sifat seseorang yang senang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat,
senang mengobrol dengan banyak orang
3) Sifat
berteman (friendliness)
Digambarkan sebagai
sifat ramah tamah, hangat, terbuka dan mampu melakukan pendekatan dengan orang
lain
4) Sifat
bersimpathi (sympathetic)
Digambarkan sebagai
sifat orang yang mampu menghayati dan terlibat dalam perasaan dan kehendak
orang lain, memperlihatkan kebaikan, murah hati dan tidak pernah menghina orang
lain.
c. Expressive
dispositions, terdiri dari:
1) Sifat
berkompetisi (competitiveness)
2) Sifat
agresif (aggresiveness)
3) Sifat
sadar akan dirinya (self-consciousness)
4) Sifat
pamer diri (exhibitionistic)
2.4 Macam-Macam Bentuk Interaksi Sosial
Karen
Horney menemukan tiga tipe sifat respon antar person yang diperlihatkan oleh
pasien-pasiennya saat berinteraksi. Adapun ketiga tipe itu adalah:
a. Bergerak
mendekati orang lain
Bentuk interaksi ini
menunjukkan adanya kebutuhan afeksi, kesepakatan, dan terutama kebutuhan
mendapatkan partner.
b. Bergerak
melawan orang lain
Bentuk interaksi ini
menunjukkan adanya kebutuhan menjadi unggul, mencapai keberhasilan dan mendapat
penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut disertai dengan adanya usaha untuk
menguasai orang lain.
c. Bergerak
menjauhi orang lain
Bentuk interaksi ini menunjukkan
adanya kebutuhan menyendiri, tidak mau diganggu orang lain. Selain itu terlihat
pula adanya ketidak tergantungan pada orang lain, dimana ada kecenderungan
untuk tidak senang dipengaruhi, dipaksa, diikat, dan tidak senang diwajibkan
oleh orang lain.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan
Tingkah
laku sosial merupakan gerakan-gerakan yang diperlihatkan seseorang dan dapat
dilihat oleh orang lain pada saat berinteraksi dengan lingkungan terutama
lingkungan sosial. Pada tingkah laku sosial, terdapat dua teori yaitu teori
sederhana dan teori menurut Theodore M Newcomb. Interaksi sosial adalah proses
dimana masing-masing individu yang terlibat di dalam proses interaksi sosial
saling memperhatikan dan saling menerima serta memberikan respon. Faktor-faktor
penunjang interaksi sosial adalah menerima rangsang, memberikan respon dan
terlibat dalam proses belajar.
2.
Saran
1.
DAFTAR
PUSTAKA
Carolina
Nitimihardjo. 1983. Psikologi Sosial.
Bandung: Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
No comments:
Post a Comment